Ar-Rawdah Tempat Paling Favorit di Kota Madinah
Tempat paling favorit yang diperebutkan oleh para peziarah untuk salat di Masjid Nabawi adalah Al-Rawdah. Selain karena bernilai lebih baik dari 1000 salat di masjid lainnya, salat di tempat itu seperti salat di taman surga. Telah disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah bahwa Nabi –shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda : “Tempat antara mimbarku dan rumahku adalah satu taman dari taman-taman surga. Dan mimbarku berada di atas telagaku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Sebagai konsekuensi dari perluasan masjid, rumah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- yang juga sebagai kuburan beliau dan kedua sahabat mulia, Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar ibn al-Khatthab -radhiyallahu anhuma- masuk di dalam Masjid Nabawi. Saat ini ruang yang disebut sebagai Al-Rawdah ditandai dengan karpet bercorak dengan warna dominan hijau, sedangkan karpet di ruangan selainnya dengan warna dominan merah.
Batas bagian depan Al-Rawdah adalah mihrab Nabi, batas sebelah kanan adalah mimbar Nabi. Adapun batas sebelah kiri adalah dinding ruang kubur Nabi dan kedua sahabat beliau. Antara batas kanan dengan kiri adalah 5 tiang masjid dan antara batas depan dengan batas belakang adalah 5 tiang.
Apa yang telah dilakukan oleh sahabat yang mulia, Abdullah ibn Umar -radhiyallahu anhuma- ketika mendatangi Masjid Nabawi adalah melakukan salat tahiyatul masjid dua rakaat di Al-Rawdah kemudian pergi ke kuburan Nabi dan dua sahabat beliau lalu mengucapkan salam kepada mereka, setelah itu pergi tanpa berdiri lama di situ.
Sebagai tempat favorit, tak sedikit korban dari perjuangan para peziarah yang berebut Al-Rawdah. Maka dari itu dibuatlah tirai dan jadwal kunjungan bagi jamaah perempuan sebagai solusi terhadap ikhtilat, yaitu pada waktu duha dan setelah salat isya. Sedangkan bagi jamaah laki-laki diberlakukan sistem buka tutup tirai sejak selesai salat fajar dengan rentang waktu antara 30 – 60 menit antar bukaan. Adapun di waktu lewat tengah malam hingga masuk waktu salat fajar, sepenuhnya dibuka bagi jamaah laki-laki.
Ketika mendapati Al-Rawdah, para jamaah memanfaatkan kesempatan langka itu dengan memperbanyak rakaat salat dan memperlama zikir. Ada juga yang memperpanjang doa di sana dengan anggapan sebagai tempat yang mustajab atau terkabulnya doa. Namun, alih-alih menghadap kiblat ketika berdoa, celakanya tak sedikit jamaah yang malah berdoa menghadap ke kubur Nabi. Bahkan ada yang memanggil-manggil nama beliau, tentu saja amalan ini tidak dibenarkan.
0 komentar:
Posting Komentar